Minggu, 08 April 2012

psikologi keluarga resume film 'We Are Family"

Credits
• Producers : Karan Johar, Hiroo Johar
• Director: Sidharth Malhotra
• Writers : Karan Johar (Writer), Sidharth Malhotra (Writer, Story)
• Casts : Kajol, Kareena Kapoor, Arjun Rampal, Nominath Ginsberg, Aachal Munjal, Diya Sonecha.


Setelah sukses duduk di bangku sutradara untuk mengarahkan karya terakhirnya, My Name Is Khan, pada tahun 2009, Karan Johar yang sebelumya juga sukses mengeksekusi Kuch Kuch Hota Hai (1998) dan Kabhi Kushi Kabhie Gham (2001) kembali dengan film terbarunya di tahun 2010 ini sebagai produser sekaligus script writer melalui We Are Family, sebuah remake dari Stepmom karya Chris Columbus pada tahun 1998.
We Are Family bercerita tentang kehidupan keluarga broken home yang terdiri dari seorang ibu, Maya, dengan tiga orang anak yang sangat dicintainya, Aleya, Ankush, dan Anjali, yang telah bercerai dengan suaminya, Aman. Setelah dua tahun perceraian, Aman yang masih menjalin hubungan baik dengan ketiga anaknya kembali ke rumahnya saat pesta ulang tahun Anjali bersama kekasih barunya, Shreya, seorang mode designer. Kedatangan Aman dan Shreya inilah yang kemudian menjadi awal permasalahan yang timbul dalam keluarga ini.

Seperti halnya kebanyakan film dengan tema masalah keluarga seperti dalam We Are Family, kecemburuan hadir menjadi pemicu konflik yang akan mewarnai keseluruhan jalan cerita. Baik ketidaksetujuan Aleya, Ankush, dan Anjali akan kedatangan Shreya yang mereka anggap sebagai ancaman akan menggantikan posisi ibu mereka, atau bahkan kecemburuan Maya akan Shreya yang lambat laun berhasil mencuri perhatian ketiga anaknya. Masalah menjadi begitu rumit ketika Maya menemui dirinya mengidap kanker dan harus menghadapi kenyataan bahwa umurnya hanya tinggal dalam hitungan bulan saja.
Film drama keluarga hasil kerjasama India dan Australia ini hadir memukau dengan alur dan jalan cerita yang rapi dan teratur, dengan memberikan porsi yang pas pada pengenalan masing-masing karakter dan penciptaan konflik dari urutan adegan yang ditampilkan. Apalagi didukung dengan acting para pemain yang sudah tidak dapat diragukan lagi. Lihat saja penampilan memukau Kajol yang sudah wara-wiri dan banyak mengenyam asam garam industry perfilman Bollywood sebagai Maya yang diadu dengan Kareena Kapoor yang sebelumnya sukses dengan 3 Idiots sebagai Shreya, berhasil menambah nilai lebih film ini dari segi totalitas akting mereka.

Image film india yang jago dalam menghadirkan film-film tearjerker yang mampu menyentuh setiap hati dan perasaan penontonya benar-benar mampu diwujudkan dalam film berdurasi 115 menit ini. Disuguhkan dengan story line yang memang mengajak penonton untuk berempati lebih dalam untuk menikmati setiap scene penuh harunya, ditambah dengan pengabungan setiap elemen-elemen film seperti acting dan music scoring yang mampu membuat penonton “menangis Bombay” pada bagian tengah hingga penyelesaian film, dengan begitu memang tidak dapat disangsikan lagi jika film india satu ini memang sukses dalam memberikan suguhan yang mampu memporak-porandakan emosi dan perasaan penontonya.

Ciri khas film India lainnya yang selalu memberikan music scene untuk goyangan dan nyanyian tidak akan ditemui dalam porsi berlebihan di film ini. Dengan hanya memberikan beberapa lagu sebagai backsound yang sayangnya kadang-kadang masih ditemui seolah kurang pas dengan scene yang ditampilkan, saya rasa memang sudah cukup tanpa harus menghadirkan begitu banyak music scene dalam film. Meskipun begitu ternyata, Siddharth Malhotra, sang sutradara masih menyelipkan satu buah music scene berkedok karaoke bersetting pada sebuah bar yang cukup menghibur dengan kelakuan konyol para casts saat menyanyi di tengah film. Hal inilah yang saya rasa menunjukkan bahwa bagaimana Film India saat ini sudah memasuki era baru, dan meninggalkan jaman keemasan “Inspektur Vijay” atau “Tuan Takur.” Namun jangan anggap bahwa We Are Family hanyalah sebuah tearjerker India murahan yang hanya mengandalkan adegan termehek-meheknya. Dengan memberikan porsi yang cukup banyak pada tiga karakter anak pada tingkat umur dan kedewasaan yang berbeda dan disuguhkan secara natural pada acting maupun sifat, karakter, kelakuan, kelucuan dan kenakalan khas anak-anak yang begitu polos ditambah beberapa factor yang telah saya sampaikan di atas, semua itu mampu membuat film ini menjadi paket lengkap sebuah tontonan keluarga berkualitas yang begitu sayang untuk dilewatkan.

SINOPSIS
Bercerita tentang Maya (Kajol), seorang ibu yang sempurna. Setelah mengalami perceraian dengan suami, Aman (Arjun Rampal), seluruh waktu dan energi Maya di curahkan sepenuhnya untuk ketiga anaknya : Aleya (Aachal Munjal), Ankush (Nominath Ginsberg), dan Anjali (Diya Sonecha).Walaupun sudah bercerai, Maya dan Aman tetap berhubungan baik. Maya selalu memastikan bahwa semua harus tetap berjalan dengan baik, bahwa ketiga anaknya harus tetap dapat meraskan hidup sebagai keluarga bahagia pasca perceraian mereka.
Keadaan menjadi sedikit tidak terkendali bagi Maya saat Aman mengenalkan pacar barunya, Shreya (Kareena Kapoor), calon ibu tiri bagi ketiga anak Maya yang dengan tulus ingin mengenal masing-masing anggota keluarga tersebut.
Beberapa kejadian menyebabkan kesalah pahaman, membuat hubungan Maya, Shreya dan ketiga anaknya tidak harmonis. Dan kesalah pahaman itu terbayar saat maya menginginkan shreya yang mengantikan posisi di dalam rumah tangganya.
ANALISIS
Dalam keluarga ini membahas tentang seorang ibu yang membesarkan ketiga anaknya seorang diri. Ibu memiliki anak pertama dan ketiga seorang perempuan dan anak kedua seorang laki-laki. Ayah yang memiliki profesi sebagai fotografer dan menuntut bnyak waktu yang dihabiskan di luar rumah ini mengakibatkan ayah memiliki banyak rekan kerja dan dari profesi inilah ayah menemukan pedamping hidupnya setelah bercerai dengan istrinya. Ayah berperan hanya pada saat momen-momen tertentu saja misalnya pada saat menjemput anak pulang sekolah dan pada saat acara ulang tahun anak, atau acara sekolah. Ayah pun di beri kebebasan bertemu dengan anak-anaknya karena ibu menginginkan anak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya meskipun statusnya sudah berpisah.
Dengan keadaan orang tua itu pulalah yang menuntut ibu over protektif terhadap anak-anaknya sehingga anak-anaknya sedikit terisolasi dari masyarakat. Bahkan ibu sendiri tidak percaya kepada orang lain untuk mengasuh anak-anaknya. Bahkan pada saat anaknya di asuh oleh ibu barunya ibunya merasa kekhawatiran yang mendalam dan sikap inilah yang mendasari ayah untuk berpisah dari istrinya. Ayah merasa tidak begitu diperlukan dalam keluarga sehingga ayah lebih banyak menghabiskan banyak waktu untuk kegitan di luar yaiu sebagai fotografer.
Konflik terjadi saat ayah mengenalkan pendamping hidupnya yang barupada anaknya, anak yang hanya mengetahui bahwa ibunya yang menjadi satu-satunya orang yang ayahnya cintai kini ketiga anaknya harus bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya mencintai orang lain. Anak pertama melai menolak dan mempertanyakan kenapa bisa terjadi, anak kedua dia hanya menunjukkan raa kecewa akan tetapi tidak secara keseluruhan paham akan kejadian yang terjadi saat itu dikaenakan anak keduanya masih bersekolah di bangku sekolah dasar, anak ketiganya hanya berpendapat bahwa ayahnya jahat dan masih memiliki pemikiran seperti yang di cerita ongeng karena anak ketiganya sendiri masih TK.
Ibu mulai mengubah keadaan saat menyadari bahwa ibu memiliki gangguan kesehatan berupa kangker rahim. Ibu mulai mengkhawatirkan bagaimana kelangsungan hidup anak-anaknya jika ketiga anaknya tumbuh tanpa seorang ibu. Ibu mulai memikirkan bagaimana ketiga anaknya mendapatkan kasih sayang yang lengkap baik dari seorang ayah maupun dari seorang ibu yang baru bagi ketiga anaknya.
Ibu mulai mempertimbangkan wanita yang ayahnya cintai selain dirinya untuk menjadi pengantinya. Dan pada akhirnya memang semuanya terjadi secara labih baik saat ayah mampu untuk menghandel dan memegang kendali saat Ibu mulai melepaskan kendali karena kesehatannya. Memang dalam keluarga itu sendiri memiliki 3 kendala dalam memberikan pola asuh dan bantuan kepada anak-anak nya 3 kendala tersebut meliputi kesehatan, usia, dan status pernikahan. Dan status pernikahan yang single parent menutut ibu untuk lebih kerja ekstra untuk anak-anaknya sehinga sedikit mengabaikan mengenai kesehatanya, dan dengan memiliki sedikit waktu untuk perduli akan kesehatanya pada akhirnya ibu harus menyerahakibat dari ganguan kesehatannya sendiri selain itu usia pulalah yang menjadi faktor utama pada gangguan kesehatan itu sendiri.
Saat ibu mulai melepaskan tanggung jawabnya akan kelangsungan rumah tangganya ibu berpesan agar anak pertama lebih menjag adik-adiknya. Dalam pola asuh memang anak pertama memiliki tanggug jawab yang besar dan anak pertama pula yang memiliki jiwa kepimpinan.



DAFTAR PUSTAKA
• http://www.boleh.com/movie/detail/29_we_are_family
• http://ardnas20.wordpress.com/2010/09/20/we-are-family indiaaustralia2010/